Bahasa Jawa Halus Ungkapan Berangkat
- Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat
- Konteks Penggunaan Bahasa Jawa Halus “Berangkat”
-
- Situasi Formal dan Informal Penggunaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
- Contoh Kalimat Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat” dalam Berbagai Situasi
- Perbedaan Penggunaan Bahasa Jawa Halus Berangkat Sendirian dan Bersama Orang Lain
- Fungsi Partikel “kok,” “ta,” dan “kah” dalam Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”, Bahasa jawa halus berangkat
- Cerita Pendek Menggunakan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
- Glosarium Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
- Variasi Ungkapan Bahasa Jawa Halus Saat Berangkat
- Penggunaan Waktu dalam Ungkapan Berangkat
-
- Contoh Kalimat Waktu Keberangkatan dalam Bahasa Jawa Halus
- Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Keberangkatan yang Terlambat
- Ungkapan Penundaan Keberangkatan dalam Bahasa Jawa Halus
- Perbandingan Ungkapan Waktu Keberangkatan
- Suasana Seseorang yang Bersiap Berangkat
- Dialog Singkat Perencanaan Keberangkatan (Formal)
- Aspek Kesopanan dalam Ungkapan Berangkat
- Pengaruh Dialek pada Ungkapan Berangkat
-
- Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat Antar Dialek
- Contoh Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat dari Beberapa Dialek
- Tabel Perbandingan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat
- Faktor Penyebab Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat Antar Dialek
- Peta Persebaran Dialek Jawa dan Variasi Ungkapan “Berangkat”
- Ungkapan Perpisahan Setelah Berangkat dalam Bahasa Jawa Halus
-
- Daftar Ungkapan Perpisahan dalam Bahasa Jawa Halus Setelah Berangkat
- Contoh Percakapan Menggunakan Ungkapan Perpisahan dalam Bahasa Jawa Halus Setelah Berangkat
- Perbedaan Ungkapan Perpisahan Berdasarkan Hubungan Sosial
- Ungkapan Perpisahan Berdasarkan Hubungan Sosial
- Contoh Percakapan dalam Blok Kutipan
- Aturan Tata Bahasa Jawa Halus Terkait Ungkapan Perpisahan
- Contoh Ungkapan Perpisahan Menggunakan “Sampun” dan “Dereng”
- Membandingkan dengan Ungkapan Bahasa Jawa Ngoko
-
- Perbedaan Tingkat Formalitas dan Penggunaan Kata Kerja serta Partikel
- Contoh Kalimat Niat Berangkat dalam Berbagai Tingkatan Bahasa Jawa
- Tabel Perbandingan Ungkapan Bahasa Jawa
- Contoh Kalimat Tanya tentang Niat Berangkat
- Perbedaan Penggunaan Partikel “-e”, “-ing”, dan “-na”
- Pengaruh Pemilihan Kosakata terhadap Tingkat Formalitas
- Ilustrasi Kata “Berangkat” dalam Bahasa Jawa Halus
- Ungkapan Bahasa Jawa Halus yang Mirip dengan “Berangkat”
- Penggunaan Kata Kerja Lain dalam Konteks Berangkat
- Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Meminta Izin Berangkat: Bahasa Jawa Halus Berangkat
-
- Daftar Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Meminta Izin Berangkat
- Contoh Kalimat dalam Berbagai Situasi
- Perbedaan Ungkapan Berdasarkan Lawan Bicara
- Percakapan Singkat
- Contoh Blok Kutipan
- Tabel Ringkasan Ungkapan Bahasa Jawa Halus
- Penggunaan Kata “Sampun” dalam Permintaan Izin Berangkat
- Contoh Kalimat dengan Penjelasan Tujuan Perjalanan
- Perbedaan Penggunaan Partikel “inggih” dan “nggih”
- Penggunaan Pantun dalam Konteks Berangkat
- Ungkapan Doa Sebelum Berangkat
- Menulis Cerita Pendek Menggunakan Ungkapan “Berangkat”
- Kesimpulan
Bahasa Jawa Halus: Ungkapan Berangkat, siapa sih yang nggak familiar dengan ungkapan-ungkapan halus dalam Bahasa Jawa? Apalagi kalau lagi mau pamit berangkat, nggak cuma sekadar “aku pergi ya!”, ada banyak ragam ungkapan yang bisa kamu pakai, lho! Dari yang formal banget sampai yang santai, semua tergantung situasi dan siapa lawan bicaramu. Siap-siap upgrade kemampuan Bahasa Jawamu dan kuasai berbagai ungkapan pamit berangkat yang pas di berbagai kesempatan! Yuk, kita telusuri kekayaan Bahasa Jawa halus dalam konteks berangkat ini.
Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat
Bahasa jawa halus berangkat – Nah, Sobat IdNtimes, bagi kamu yang suka berinteraksi dengan orang Jawa, khususnya yang lebih senior, penting banget nih tahu ungkapan bahasa Jawa halus untuk menyatakan niat berangkat. Bukan cuma sekadar “Aku pergi ya,” tapi ada banyak pilihan kata yang lebih santun dan menunjukkan rasa hormat. Pilihan kata yang tepat bisa bikin suasana jadi lebih adem dan hubunganmu dengan orang lain makin harmonis. Yuk, kita telusuri berbagai ungkapannya!
Sepuluh Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat dan Artinya
Berikut ini sepuluh ungkapan bahasa Jawa halus yang bisa kamu gunakan saat hendak berangkat, lengkap dengan artinya dalam bahasa Indonesia. Pilihlah ungkapan yang sesuai dengan konteks dan lawan bicaramu ya!
- Kula badé tindak: Saya akan pergi.
- Kula badé mangkat: Saya akan berangkat.
- Kula sampun badé tindak: Saya sudah akan pergi.
- Kula sampun badé mangkat: Saya sudah akan berangkat.
- Dalem badé tindak: Saya akan pergi (lebih formal).
- Dalem badé mangkat: Saya akan berangkat (lebih formal).
- Sampun nggih, kula tindak rumiyin: Baiklah, saya pergi dulu.
- Sampun nggih, kula mangkat rumiyin: Baiklah, saya berangkat dulu.
- Mboten wonten, kula tindak rumiyin: Tidak apa-apa, saya pergi dulu.
- Mboten wonten, kula mangkat rumiyin: Tidak apa-apa, saya berangkat dulu.
Perbandingan Ungkapan Formal dan Informal untuk Berangkat
Penggunaan bahasa Jawa halus itu fleksibel, lho. Ada yang lebih formal dan ada yang lebih informal, tergantung siapa lawan bicaramu dan situasi saat itu. Berikut tabel perbandingannya:
Formal | Informal |
---|---|
Dalem badé tindak | Aku arep mulih |
Kula badé mangkat wonten… | Aku arep menyang… |
Sampun nggih, kula tindak rumiyin | Ya, aku budhal sik |
Kula nyuwun pamit badé mangkat | Aku pamit budhal yo |
Kula sampun badé tindak, kula pamit | Aku arep mangkat, pamit |
Perbedaan Penggunaan “Sampun” dan “Badé”
Kata “sampun” dan “badé” sering digunakan bersamaan dalam ungkapan niat berangkat. “Sampun” berarti “sudah,” menunjukkan kesiapan untuk berangkat. Sedangkan “badé” berarti “akan,” menunjukkan niat atau rencana untuk berangkat. Gabungan keduanya menunjukkan kesiapan dan niat untuk segera berangkat.
Contohnya, “Kula sampun badé mangkat” berarti “Saya sudah akan berangkat,” menunjukkan kesiapan yang lebih kuat dibandingkan hanya “Kula badé mangkat” yang hanya menyatakan niat.
Contoh Percakapan Singkat Menggunakan Ungkapan Bahasa Jawa Halus
Berikut contoh percakapan singkat yang menggunakan ungkapan bahasa Jawa halus untuk menyatakan niat berangkat:
Budi: “Ibu, kula badé tindak menyang pasar.” (Bu, saya akan pergi ke pasar.)
Ibu: “Oh, nggih. Mugi-mugi lancar lelampahanipun.” (Oh, ya. Semoga lancar perjalanannya.)
Budi: “Nggih, matur nuwun, Bu.” (Ya, terima kasih, Bu.)
Konteks Penggunaan “Mugi-mugi” Sebelum Berangkat
“Mugi-mugi” merupakan ungkapan harapan atau doa dalam bahasa Jawa. Penggunaan “mugi-mugi” sebelum berangkat menunjukkan harapan agar perjalanan yang akan dilakukan berjalan lancar dan selamat. Ungkapan ini menunjukkan kesantunan dan rasa syukur kepada Tuhan YME. Biasanya, ungkapan ini diucapkan oleh orang yang akan berangkat atau oleh orang yang ditinggalkan.
Konteks Penggunaan Bahasa Jawa Halus “Berangkat”
Bahasa Jawa halus, dengan kekayaan nuansanya, menawarkan beragam cara untuk mengungkapkan hal sederhana seperti “berangkat.” Pilihan kata dan partikel yang digunakan sangat bergantung pada konteks sosial, tingkat keakraban dengan lawan bicara, dan situasi yang dihadapi. Pemahaman yang mendalam tentang nuansa ini penting untuk berkomunikasi secara efektif dan santun dalam bahasa Jawa.
Artikel ini akan mengupas tuntas penggunaan bahasa Jawa halus untuk “berangkat,” mulai dari identifikasi situasi formal dan informal hingga penggunaan partikel dan contoh penerapannya dalam berbagai konteks. Siap-siap memperluas wawasanmu tentang keindahan dan kompleksitas bahasa Jawa!
Situasi Formal dan Informal Penggunaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
Penggunaan ungkapan bahasa Jawa halus untuk “berangkat” sangat dipengaruhi oleh situasi dan relasi sosial. Berikut tabel yang membandingkan situasi formal dan informal beserta alasan klasifikasinya:
No. | Situasi | Formal/Informal | Alasan |
---|---|---|---|
1 | Berpamitan kepada atasan sebelum meninggalkan kantor | Formal | Atasan merupakan figur otoritas yang membutuhkan penghormatan dan kesopanan dalam komunikasi. |
2 | Memberitahu keluarga akan berangkat menghadiri acara pernikahan kerabat penting | Formal | Acara pernikahan merupakan acara formal yang mengharuskan penggunaan bahasa yang sopan dan santun. |
3 | Menginformasikan keberangkatan ke guru besar sebelum meninggalkan kampus | Formal | Menunjukkan rasa hormat kepada figur akademis yang lebih senior. |
4 | Mengabari orang tua akan berangkat perjalanan dinas ke luar kota | Formal | Menunjukkan rasa hormat dan kepedulian kepada orang tua. |
5 | Memberitahu tamu penting akan berangkat meninggalkan rumah | Formal | Menunjukkan kesopanan dan penghormatan kepada tamu. |
6 | Memberitahu teman akan berangkat nongkrong | Informal | Situasi santai dan akrab dengan teman sebaya. |
7 | Menginformasikan kepada saudara akan berangkat liburan | Informal | Hubungan saudara yang dekat memungkinkan penggunaan bahasa yang lebih santai. |
8 | Menyapa teman sekantor sebelum berangkat pulang | Informal | Suasana santai di lingkungan kerja yang akrab. |
9 | Memberitahu teman satu kos akan berangkat kuliah | Informal | Hubungan yang dekat dan akrab antar teman sekos. |
10 | Menyapa tetangga sebelum berangkat pergi ke pasar | Informal | Interaksi sehari-hari dengan tetangga yang sudah akrab. |
Contoh Kalimat Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat” dalam Berbagai Situasi
Berikut beberapa contoh kalimat bahasa Jawa halus untuk “berangkat” dalam berbagai situasi, dengan tingkat kehalusan yang berbeda (rendah, sedang, tinggi):
Berangkat Kerja:
- Rendah: Aku arep budhal kerja, ya. (Saya mau berangkat kerja, ya.)
- Sedang: Kula badhe tindak dhateng kantor, nggih. (Saya akan pergi ke kantor, ya.)
- Tinggi: Kula sumangga tindak dhateng kantor. (Saya permisi pergi ke kantor.)
Berangkat Sekolah:
- Rendah: Aku wis arep sekolah. (Saya sudah mau sekolah.)
- Sedang: Kula sampun badhe tindak sekolah. (Saya sudah akan pergi sekolah.)
- Tinggi: Kula atur pamit tindak sekolah. (Saya pamit pergi sekolah.)
Berangkat Perjalanan Jauh:
- Rendah: Aku arep lunga le ngendi wae. (Saya mau pergi ke mana gitu.)
- Sedang: Kula badhe tindak lelampahan dhateng (tempat tujuan). (Saya akan melakukan perjalanan ke (tempat tujuan).)
- Tinggi: Kula atur pamit tindak lelampahan dhateng (tempat tujuan), mugi-mugi pinaringan keselamatan. (Saya pamit melakukan perjalanan ke (tempat tujuan), semoga diberikan keselamatan.)
Berangkat Mengunjungi Keluarga:
- Rendah: Aku arep menyang omahe simbah. (Saya mau ke rumah nenek.)
- Sedang: Kula badhe sowan dhateng griya kulawarga. (Saya akan mengunjungi rumah keluarga.)
- Tinggi: Kula atur pamit sowan dhateng (nama keluarga), mugi-mugi diparingaken kawilujengan. (Saya pamit mengunjungi (nama keluarga), semoga diberikan keselamatan.)
Berangkat ke Acara Pernikahan:
- Rendah: Aku arep kondangan. (Saya mau kondangan.)
- Sedang: Kula badhe tindak kondangan. (Saya akan pergi kondangan.)
- Tinggi: Kula atur pamit tindak ngrawuhi panggih manten. (Saya pamit pergi menghadiri acara pernikahan.)
Perbedaan Penggunaan Bahasa Jawa Halus Berangkat Sendirian dan Bersama Orang Lain
Penggunaan bahasa Jawa halus untuk “berangkat” juga berbeda tergantung apakah seseorang berangkat sendirian atau bersama orang lain. Perbedaan ini terutama terlihat pada penggunaan kata ganti orang dan tingkat kehalusan.
Berangkat Sendirian:
- Kula badhe tindak piyambak. (Saya akan pergi sendiri.)
- Kula atur pamit tindak piyambak. (Saya pamit pergi sendiri.)
- Mboten wonten sesarengan, kula tindak piyambak. (Tidak ada yang bersama, saya pergi sendiri.)
Berangkat Bersama Orang Lain:
- Kula badhe tindak kaliyan (nama orang). (Saya akan pergi dengan (nama orang).)
- Kula atur pamit tindak kaliyan kulawarga. (Saya pamit pergi dengan keluarga.)
- Kula lan (nama orang) badhe tindak sesarengan. (Saya dan (nama orang) akan pergi bersama.)
Fungsi Partikel “kok,” “ta,” dan “kah” dalam Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”, Bahasa jawa halus berangkat
Partikel “kok,” “ta,” dan “kah” memberikan nuansa tambahan pada kalimat bahasa Jawa. Penggunaan partikel ini dapat mengubah makna dan memberikan penekanan tertentu.
Partikel | Fungsi | Contoh Kalimat | Arti Kalimat |
---|---|---|---|
kok | Menunjukkan keheranan atau pertanyaan | Kok sampun badhe tindak? (Kok sudah mau pergi?) | Mengapa sudah mau pergi? |
ta | Menunjukkan ajakan atau anjuran | Ayo ta, kita tindak! (Ayo, kita pergi!) | Mari, kita pergi! |
kah | Menunjukkan pertanyaan atau permintaan konfirmasi | Badhe tindak kah? (Mau pergi kah?) | Mau pergi? |
Cerita Pendek Menggunakan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
Mbok Darmi, seorang perempuan paruh baya, bersiap berangkat ke pasar. “Kula badhe tindak menyang pasar, Le,” katanya pada cucunya, Leli, yang sedang bermain di halaman. (Saya akan pergi ke pasar, Le). Leli hanya mengangguk. Situasi ini informal, karena Mbok Darmi berbicara dengan cucunya. Setelah sampai di pasar, Mbok Darmi bertemu Bu Lurah. Dengan hormat ia menyapa, “Assalamu’alaikum, Bu Lurah. Kula atur pamit badhe milih-milih barang kangge masak, Bu.” (Assalamu’alaikum, Bu Lurah. Saya pamit akan memilih-milih barang untuk memasak, Bu). Kalimat ini formal, menunjukkan rasa hormat pada Bu Lurah. Setelah berbelanja, Mbok Darmi pulang dengan membawa banyak sayuran. Sepanjang perjalanan, ia tersenyum mengingat keramahan Bu Lurah. “Alhamdulillah, kula sampun rampung nglampahi kegiatan ing pasar,” gumamnya dalam hati. (Alhamdulillah, saya sudah menyelesaikan kegiatan di pasar). Pengalaman itu membuat Mbok Darmi merasa bersyukur karena bisa berbelanja dengan lancar dan bertemu orang-orang baik.
Glosarium Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk “Berangkat”
Ungkapan 1: Kula badhe tindak (Arti: Saya akan pergi) – Contoh: Kula badhe tindak dhateng Surabaya. (Saya akan pergi ke Surabaya.)
Ungkapan 2: Kula atur pamit tindak (Arti: Saya pamit pergi) – Contoh: Kula atur pamit tindak dhateng kantor. (Saya pamit pergi ke kantor.)
Ungkapan 3: Sumangga kula tindak (Arti: Saya permisi pergi) – Contoh: Sumangga kula tindak, sampun dangu kula nunggu. (Saya permisi pergi, sudah lama saya menunggu.)
Ungkapan 4: Kula sowan (Arti: Saya mengunjungi/berangkat mengunjungi) – Contoh: Kula sowan dhateng dalem simbah. (Saya mengunjungi rumah nenek.)
Ungkapan 5: Mugi-mugi pinaringan kawilujengan ing lelampahan (Arti: Semoga diberikan keselamatan dalam perjalanan) – Contoh: Mugi-mugi pinaringan kawilujengan ing lelampahan kula menyang Jakarta. (Semoga diberikan keselamatan dalam perjalanan saya ke Jakarta.)
Variasi Ungkapan Bahasa Jawa Halus Saat Berangkat
Ngomong-ngomong soal bahasa Jawa, ternyata nggak sesederhana yang dibayangkan, lho! Ada banyak nuansa dan kehalusan yang perlu diperhatikan, terutama saat menyampaikan niat untuk berangkat ke suatu tempat. Ungkapan yang digunakan bisa berbeda-beda, tergantung tujuan perjalanan dan siapa lawan bicara kita. Nah, kali ini kita akan bahas lebih dalam soal variasi ungkapan bahasa Jawa halus untuk menyatakan niat berangkat, biar nggak salah kaprah dan tetap santun!
Daftar Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat ke Berbagai Tempat
Bahasa Jawa halus punya kekayaan ungkapan yang bikin kita makin adem. Berikut beberapa contoh ungkapan saat mau berangkat ke beberapa tempat umum:
- Ke Pasar: “Kula badé tindak dhateng pasar, Pak/Bu.” (Saya akan pergi ke pasar, Pak/Bu.)
- Ke Rumah Sakit: “Kula badé tindak dhateng rumah sakit, Pak/Bu.” (Saya akan pergi ke rumah sakit, Pak/Bu.)
- Ke Kantor: “Kula badé tindak dhateng kantor, Pak/Bu.” (Saya akan pergi ke kantor, Pak/Bu.)
- Ke Sekolah: “Kula badé tindak dhateng sekolah, Pak/Bu.” (Saya akan pergi ke sekolah, Pak/Bu.)
- Ke Rumah Teman: “Kula badé tindak dhateng griyanipun kanca kula, Pak/Bu.” (Saya akan pergi ke rumah teman saya, Pak/Bu.)
Perhatikan penggunaan “kula” (saya) dan “badé” (akan) yang menunjukkan kesopanan dalam bahasa Jawa halus. Penambahan “Pak/Bu” juga menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara.
Perbandingan Ungkapan Berangkat Berdasarkan Tujuan Perjalanan
Untuk lebih jelasnya, berikut tabel perbandingan ungkapan bahasa Jawa halus saat berangkat dengan tujuan yang berbeda. Tabel ini dirancang responsif agar mudah dibaca di berbagai perangkat.
Tujuan Perjalanan | Ungkapan Bahasa Jawa Halus | Keterangan | Contoh Kalimat Lengkap |
---|---|---|---|
Pasar | Kula badé tindak dhateng pasar | Formal, kepada orang yang lebih tua | “Kula badé tindak dhateng pasar, sampun ngantos dangu, Pak.” (Saya akan pergi ke pasar, tidak akan lama, Pak.) |
Rumah Sakit | Kula badé tindak dhateng rumah sakit | Formal, situasi darurat atau non-darurat | “Kula badé tindak dhateng rumah sakit, wonten kulawarga ingkang sakit, Bu.” (Saya akan pergi ke rumah sakit, ada keluarga yang sakit, Bu.) |
Kantor | Kula badé tindak dhateng kantor | Formal, kepada atasan atau rekan kerja | “Kula badé tindak dhateng kantor, badé ngrampungaken tugas, Pak.” (Saya akan pergi ke kantor, akan menyelesaikan tugas, Pak.) |
Rumah Teman | Kula badé tindak dhateng griyanipun kanca kula | Formal, kepada orang yang lebih tua | “Kula badé tindak dhateng griyanipun kanca kula, wonten acara wonten mrika, Bu.” (Saya akan pergi ke rumah teman saya, ada acara di sana, Bu.) |
Pengaruh Hubungan Sosial terhadap Pemilihan Ungkapan
Pemilihan ungkapan bahasa Jawa halus saat pamit berangkat sangat dipengaruhi oleh hubungan sosial dengan lawan bicara. Semakin dekat hubungannya, ungkapan yang digunakan bisa lebih santai, meskipun tetap sopan. Sebaliknya, kepada orang yang lebih tua atau lebih tinggi derajatnya, kita perlu menggunakan ungkapan yang lebih formal dan penuh hormat. Hal ini menunjukkan rasa menghargai dan menjaga keharmonisan dalam komunikasi.
Contoh Dialog Singkat Saat Pamit Berangkat
Berikut contoh dialog singkat antara dua orang yang sedang berpamitan sebelum berangkat dengan tujuan yang berbeda:
A: “Mboten dados pados, kula badé tindak dhateng kantor, Pak. (Mohon maaf, saya akan pergi ke kantor, Pak.)”
B: “Inggih, monggo. Mugi-mugi lancar kirang langkungipun. (Iya, silakan. Semoga lancar semuanya.)”
A: “Matur nuwun, Pak. (Terima kasih, Pak.)”
B: “Sama-sama.”
Perhatikan penggunaan ungkapan yang formal dan sopan dalam dialog tersebut. Ini menunjukkan hubungan yang hormat antara A dan B.
Penggunaan Waktu dalam Ungkapan Berangkat
Ngomong-ngomong soal berangkat, tau nggak sih kalau bahasa Jawa halus punya ragam ungkapan yang unik dan beragam, tergantung waktu keberangkatan dan tingkat keformalannya? Bayangin aja, ngajak temen berangkat bareng beda banget sama ngasih tau bos kalau kamu lagi otw ke kantor, kan? Nah, artikel ini bakal ngebedah detailnya, biar kamu nggak salah kaprah dan bisa lancar jaya berkomunikasi dalam bahasa Jawa halus.
Contoh Kalimat Waktu Keberangkatan dalam Bahasa Jawa Halus
Bahasa Jawa halus punya fleksibilitas tinggi dalam mengungkapkan waktu keberangkatan. Tingkat formalitasnya pun berpengaruh banget pada pilihan kata yang digunakan. Berikut beberapa contoh kalimat untuk waktu keberangkatan pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB, dibedakan berdasarkan tingkat formalitas.
- Formal:
- Pukul 06.00 WIB: “Kula badhé tindak jam enem esuk, Pak/Bu.” (Saya akan berangkat jam enam pagi, Pak/Bu.)
- Pukul 12.00 WIB: “Kula sampun nglajengaken tindak dinten menika jam rolas siang.” (Saya akan melanjutkan perjalanan hari ini jam dua belas siang.)
- Pukul 18.00 WIB: “Keparenga kula sowan wonten ingkang sampun dipunsebut jam enem sonten.” (Perkenankan saya datang ke tempat yang telah disebutkan jam enam sore.)
- Informal:
- Pukul 06.00 WIB: “Aku arep budhal jam enem esuk.” (Aku akan berangkat jam enam pagi.)
- Pukul 12.00 WIB: “Aku mlaku jam rolas siang.” (Aku berangkat jam dua belas siang.)
- Pukul 18.00 WIB: “Aku lungo jam enem sore.” (Aku pergi jam enam sore.)
Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Keberangkatan yang Terlambat
Nah, kalau udah telat, gimana caranya menyampaikannya dengan bahasa Jawa halus? Tentu ada ungkapan yang tepat, tergantung mau menyampaikan penyesalan atau sekadar pemberitahuan. Berikut beberapa contohnya.
- Terlambat 15 menit:
- Penyesalan (Formal): “Kula nyuwun pangapunten, kula kirang langkung telas limang belas menit.” (Saya mohon maaf, saya terlambat sekitar lima belas menit.)
- Pemberitahuan (Informal): “Aku telat 15 menit.” (Aku terlambat 15 menit.)
- Terlambat 30 menit:
- Penyesalan (Formal): “Kula ngaturaken pangapunten sanget, kula telas setengah jam.” (Saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, saya terlambat setengah jam.)
- Pemberitahuan (Informal): “Aku telat setengah jam.” (Aku terlambat setengah jam.)
- Terlambat 1 jam:
- Penyesalan (Formal): “Kula nyuwun agunging pangapunten, kula telas satunggal jam.” (Saya memohon maaf sebesar-besarnya, saya terlambat satu jam.)
- Pemberitahuan (Informal): “Aku telat sejam.” (Aku terlambat sejam.)
Ungkapan Penundaan Keberangkatan dalam Bahasa Jawa Halus
Ada kalanya keberangkatan harus ditunda. Berikut beberapa ungkapan untuk menyampaikan penundaan dengan alasan berbeda, beserta permintaan maafnya.
- Kendaraan bermasalah: “Kula nyuwun pangapunten, keberangkatan kula kedah dipun tunda amargi kendharaan kula wonten masalah. (Saya mohon maaf, keberangkatan saya harus ditunda karena kendaraan saya bermasalah.)”
- Urusan mendadak: “Kula nyuwun pangapunten, keberangkatan kula kedah dipun tunda amargi wonten urusan mendadak. (Saya mohon maaf, keberangkatan saya harus ditunda karena ada urusan mendadak.)”
- Menunggu orang lain: “Kula nyuwun pangapunten, keberangkatan kula kedah dipun tunda amargi ngenteni tiyang sanes. (Saya mohon maaf, keberangkatan saya harus ditunda karena menunggu orang lain.)”
Perbandingan Ungkapan Waktu Keberangkatan
Waktu Keberangkatan | Bahasa Jawa Halus (Formal) | Bahasa Jawa Halus (Informal) | Bahasa Indonesia |
---|---|---|---|
Pukul 06.00 WIB | Kula badhé tindak jam enem esuk. | Aku arep budhal jam enem esuk. | Saya akan berangkat jam enam pagi. |
Pukul 12.00 WIB | Kula badhé tindak jam rolas siang. | Aku mlaku jam rolas siang. | Saya akan berangkat jam dua belas siang. |
Pukul 18.00 WIB | Kula badhé tindak jam enem sonten. | Aku lungo jam enem sore. | Saya akan berangkat jam enam sore. |
Terlambat 15 menit | Kula nyuwun pangapunten, kula telas limang belas menit. | Aku telat 15 menit. | Saya minta maaf, saya terlambat 15 menit. |
Terlambat 30 menit | Kula ngaturaken pangapunten, kula telas setengah jam. | Aku telat setengah jam. | Saya minta maaf, saya terlambat setengah jam. |
Terlambat 1 jam | Kula nyuwun agunging pangapunten, kula telas satunggal jam. | Aku telat sejam. | Saya minta maaf, saya terlambat satu jam. |
Suasana Seseorang yang Bersiap Berangkat
Jam pitung esuk. Wonten rasa kuwatir ingkang ngambah dhadha kula. Kula sampun nyiapaken sedaya barang-barang ingkang dipunbeta, ngantos tas, sepatu, lan dokumen penting. Sepeda motor sampun kula persiapkan wonten ing garasi. Nanging, waktu sampun cepet banget, kula dereng rampung nyiapaken diri. Kula kudu cepet-cepet supados mboten telas.
Dialog Singkat Perencanaan Keberangkatan (Formal)
Berikut contoh dialog singkat antara dua orang yang sedang merencanakan keberangkatan, menggunakan bahasa Jawa halus tingkat formal:
A: “Pak, punapa badhe tindak jam pinten?” (Pak, akan berangkat jam berapa?)
B: “Insya Allah jam wolung, Mas.” (Insya Allah jam delapan, Mas.)
A: “Mugi-mugi mboten wonten halangan.” (Semoga tidak ada halangan.)
B: “Amin. Menawi wonten halangan, kula badhe ngabari panjenengan.” (Amin. Jika ada halangan, saya akan memberitahu Anda.)
A: “Sampun, matur nuwun.” (Baiklah, terima kasih.)
Aspek Kesopanan dalam Ungkapan Berangkat
Bahasa Jawa halus, dikenal dengan keanggunannya, mencerminkan budaya Jawa yang menjunjung tinggi tata krama. Ungkapan untuk “berangkat” pun tak luput dari perhatian ini. Pemilihan diksi yang tepat menunjukkan tingkat kesopanan dan rasa hormat terhadap lawan bicara. Yuk, kita bedah lebih dalam bagaimana hal ini terwujud!
Perbedaan Ungkapan Berangkat dalam Bahasa Jawa Halus dan Kurang Halus
Perbedaannya terletak pada pemilihan kata dan imbuhan yang digunakan. Bahasa Jawa halus cenderung menggunakan kata-kata yang lebih santun dan menghindari kata-kata yang terlalu langsung atau kasar. Misalnya, ungkapan “aku arep mangkat” (saya akan pergi) tergolong kurang halus karena penggunaan kata “aku” (saya) yang langsung. Bandingkan dengan ungkapan yang lebih halus seperti “kula badhe tindak,” yang menggunakan kata ganti orang pertama “kula” (saya, lebih hormat) dan kata kerja “tindak” (pergi) yang lebih sopan.
Contoh Ungkapan Bahasa Jawa Halus yang Menunjukkan Rasa Hormat
Beberapa contoh ungkapan yang menunjukkan rasa hormat saat menyatakan niat berangkat, antara lain:
- “Kula nyuwun pamit badhe tindak, Pak.” (Saya pamit ingin pergi, Pak.) – Ungkapan ini sangat sopan karena menggunakan kata “nyuwun pamit” (meminta izin) dan kata ganti “kula” (saya, hormat) serta penyebutan gelar “Pak” kepada lawan bicara.
- “Nuwun sewu, kula sampun badhe tindak, Bu.” (Permisi, saya sudah akan pergi, Bu.) – Ungkapan ini menambahkan “nuwun sewu” (permisi), menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormat.
- “Mboten ngantos ngganggu, kula badhe tindak rumiyin, Njih.” (Jangan sampai mengganggu, saya akan pergi dulu, ya.) – Ungkapan ini menunjukkan pertimbangan terhadap lawan bicara agar tidak merasa terganggu.
Contoh Kalimat yang Menunjukkan Perbedaan Tingkat Kesopanan
Ungkapan Kurang Halus | Ungkapan Halus |
---|---|
Aku arep mangkat sekolah. (Saya akan pergi ke sekolah.) | Kula badhe tindak sekolah, Njih. (Saya akan pergi ke sekolah, ya.) |
Aku wis mangkat. (Saya sudah pergi.) | Kula sampun tindak. (Saya sudah pergi.) |
Aku arep mulih. (Saya akan pulang.) | Kula badhe mulih, mugi-mugi pinaringan kawilujengan. (Saya akan pulang, semoga diberikan keselamatan.) |
Pentingnya Kesopanan dalam Berkomunikasi Bahasa Jawa Halus
“Ungkapan yang santun tak hanya mencerminkan kehalusan bahasa, tetapi juga kecerdasan dan kepekaan sosial seseorang. Dalam budaya Jawa, kesopanan merupakan nilai yang sangat dihargai.”
Pengaruh Dialek pada Ungkapan Berangkat
Bahasa Jawa, dengan kekayaan dialeknya, menawarkan kekayaan nuansa dalam ungkapan sehari-hari. Bahkan ungkapan sederhana seperti “berangkat” bisa memiliki variasi yang menarik tergantung dari daerah asal penuturnya. Perbedaan ini tak hanya sekadar variasi kata, melainkan juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masing-masing daerah di Jawa. Mari kita telusuri bagaimana dialek mempengaruhi ungkapan “berangkat” dalam Bahasa Jawa halus.
Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat Antar Dialek
Bahasa Jawa halus, meskipun bertujuan untuk kesopanan, tetap memiliki variasi ungkapan “berangkat” yang dipengaruhi oleh dialek lokal. Perbedaan ini bisa terlihat dari pemilihan kata dasar, imbuhan, maupun penggunaan partikel. Variasi ini menunjukkan betapa dinamisnya bahasa Jawa dan bagaimana ia beradaptasi dengan konteks geografis dan sosial.
Contoh Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat dari Beberapa Dialek
Berikut beberapa contoh ungkapan “berangkat” dalam Bahasa Jawa halus dari beberapa dialek. Perlu diingat, ini hanyalah beberapa contoh dan variasi ungkapan bisa lebih banyak lagi tergantung konteks dan kebiasaan setempat.
- Dialek Solo/Surakarta: Kula badhé tindak (Saya akan pergi)
- Dialek Yogyakarta: Kulo badhe tindak (Saya akan pergi)
- Dialek Banyumas: Kula arep tindak (Saya akan pergi)
- Dialek Madiun: Kula badhe mboten wonten ing griya (Saya akan tidak ada di rumah)
- Dialek Ngawi: Kula badhe mangkat (Saya akan berangkat)
Tabel Perbandingan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat
Dialek | Ungkapan “Berangkat” | Keterangan | Contoh Kalimat |
---|---|---|---|
Solo/Surakarta | Kula badhé tindak | Formal, umum digunakan | Kula badhé tindak dhateng Semarang, Pak. (Saya akan pergi ke Semarang, Pak.) |
Yogyakarta | Kulo badhe tindak | Mirip dengan Solo, sedikit perbedaan pelafalan | Kulo badhe tindak menyang pasar, Bu. (Saya akan pergi ke pasar, Bu.) |
Banyumas | Kula arep tindak | Lebih kasual dibanding Solo/Yogyakarta | Kula arep tindak nggone simbah. (Saya akan pergi ke rumah nenek.) |
Madiun | Kula badhe mboten wonten ing griya | Menekankan ketidakhadiran di rumah | Kula badhe mboten wonten ing griya sedaya dinten, Njih. (Saya akan tidak ada di rumah seharian, Ya.) |
Faktor Penyebab Perbedaan Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Berangkat Antar Dialek
Perbedaan ungkapan “berangkat” antar dialek Jawa halus dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor geografis memainkan peran utama, di mana isolasi geografis menyebabkan perkembangan kosakata dan tata bahasa yang berbeda. Interaksi dengan bahasa lain juga berpengaruh, misalnya pengaruh bahasa daerah sekitar atau bahkan bahasa asing yang masuk ke suatu wilayah. Selain itu, faktor sosial dan historis, seperti migrasi penduduk dan pengaruh kekuasaan politik, juga turut membentuk variasi ungkapan tersebut.
Peta Persebaran Dialek Jawa dan Variasi Ungkapan “Berangkat”
Bayangkan sebuah peta Jawa. Warna yang berbeda mewakili daerah dengan dialek yang berbeda, misalnya warna hijau untuk dialek Solo, biru untuk Yogyakarta, dan seterusnya. Setiap warna tersebut disertai dengan contoh ungkapan “berangkat” yang khas untuk daerah tersebut. Peta ini akan menunjukkan secara visual bagaimana variasi ungkapan “berangkat” tersebar di Jawa, mencerminkan keragaman budaya dan bahasa di pulau ini. Perbedaan warna dan variasi ungkapannya menunjukkan bahwa meskipun menggunakan Bahasa Jawa halus, tetap ada kekayaan dan perbedaan dialek yang patut dihargai.
Ungkapan Perpisahan Setelah Berangkat dalam Bahasa Jawa Halus
Pamit, sowan, ngaturaken sugeng tindak… Kata-kata pamitan dalam Bahasa Jawa halus memang kaya akan nuansa dan keragaman. Lebih dari sekadar mengucapkan selamat tinggal, ungkapan-ungkapan ini mencerminkan kehalusan budaya Jawa dan tingkat keakraban dengan lawan bicara. Nah, kali ini kita akan menjelajahi lebih dalam berbagai ungkapan perpisahan dalam Bahasa Jawa halus yang digunakan *setelah* berangkat, lengkap dengan contoh dan penjelasannya. Siap-siap tambah pinter Bahasa Jawa, guys!
Daftar Ungkapan Perpisahan dalam Bahasa Jawa Halus Setelah Berangkat
Berikut daftar ungkapan perpisahan dalam Bahasa Jawa halus setelah berangkat, diklasifikasikan berdasarkan tingkat keakraban (formal/informal). Jangan lupa praktekkan ya, biar makin lancar!
- Formal:
- Kula pamit, mugi-mugi panjenengan tansah pinaringan kasarasan. (Saya pamit, semoga Anda selalu diberi kesehatan.)
- Nuwun sewu, kula sampun tindak. (Maaf, saya sudah berangkat.)
- Mugi-mugi lepat kula dipun pangapunten. (Semoga kesalahan saya dimaafkan.)
- Sugeng enjang/siyang/sonten, panjenengan. (Selamat pagi/siang/sore, Anda.)
- Kula sowan rumiyin, panjenengan. (Saya pamit dulu, Anda.)
- Atur pambengan, kula sampun tindak. (Mohon maaf, saya sudah berangkat.)
- Monggo kula tindak rumiyin. (Permisi, saya berangkat dulu.)
- Informal:
- Wes, aku pamit ya. (Sudah, aku pamit ya.)
- Aku lungo ya. (Aku pergi ya.)
- Matur nuwun, aku pamit. (Terima kasih, aku pamit.)
- Yo wis, aku budhal. (Ya sudah, aku berangkat.)
- Tak tinggal, ya. (Aku tinggal dulu, ya.)
- Aku pamit ndang lungo. (Aku pamit segera pergi.)
- Ndang lungo aku. (Segera pergi aku.)
Contoh Percakapan Menggunakan Ungkapan Perpisahan dalam Bahasa Jawa Halus Setelah Berangkat
Berikut beberapa contoh percakapan singkat yang menggunakan ungkapan perpisahan dalam Bahasa Jawa halus setelah berangkat, dengan variasi hubungan sosial.
- Orang Tua – Anak:
- Anak: Ibu, kula pamit tindak sekolah, nggih. (Ibu, saya pamit pergi sekolah, ya.)
- Ibu: Inggih, lekas bali, ya. Ati-ati ing dalan. (Iya, cepat pulang, ya. Hati-hati di jalan.)
- Anak: Nggih, Bu. Matur nuwun. (Iya, Bu. Terima kasih.)
- Teman Sebaya:
- A: Aku pamit lungo, ya. (Aku pamit pergi, ya.)
- B: Yo wis, ati-ati ning dalan. (Ya sudah, hati-hati di jalan.)
- A: Sip, matur nuwun. (Sip, terima kasih.)
- Atasan – Bawahan:
- Bawahan: Bapak, kula pamit tindak, nggih. (Bapak, saya pamit pergi, ya.)
- Atasan: Inggih, sugeng tindak. (Iya, selamat jalan.)
- Bawahan: Matur nuwun, Pak. (Terima kasih, Pak.)
Perbedaan Ungkapan Perpisahan Berdasarkan Hubungan Sosial
Penggunaan ungkapan perpisahan dalam Bahasa Jawa halus sangat dipengaruhi oleh hubungan sosial dengan lawan bicara. Berikut tabel perbandingannya:
Hubungan Sosial | Ungkapan Perpisahan Formal | Ungkapan Perpisahan Informal | Perbedaan Nuansa | Contoh Kalimat |
---|---|---|---|---|
Orang Tua | Kula pamit, mugi-mugi panjenengan tansah pinaringan kasarasan. | Wes, aku pamit, ya, Mak/Pak. | Formal lebih hormat dan sopan; informal lebih akrab dan santai. | Anak kepada orang tua. |
Teman Sebaya | Kula pamit, nggih. | Aku lungo ya. | Formal lebih sopan; informal lebih kasual. | Teman satu angkatan. |
Atasan | Kula pamit, Bapak/Ibu. | – | Formalitas sangat penting untuk menunjukkan rasa hormat. | Bawahan kepada atasan. |
Saudara | Kula pamit, Mas/Mbak. | Aku lungo ya, Dik/Mas/Mbak. | Tergantung kedekatan; bisa formal atau informal. | Saudara kandung atau sepupu. |
Kerabat Dekat | Kula pamit, Bu/Pak. | Wes, aku lungo ya, Bu/Pak. | Formalitas lebih rendah dibanding orang tua, tetapi tetap sopan. | Paman/bibi/kakek/nenek. |
Ungkapan Perpisahan Berdasarkan Hubungan Sosial
Berikut beberapa ungkapan perpisahan yang sesuai digunakan untuk berbagai hubungan sosial:
- Orang Tua:
- Formal: Kula pamit, mugi-mugi panjenengan tansah pinaringan kasarasan. (Saya pamit, semoga Anda selalu diberi kesehatan.)
- Formal: Nuwun sewu, kula sampun tindak. (Maaf, saya sudah berangkat.)
- Formal: Mugi-mugi lepat kula dipun pangapunten. (Semoga kesalahan saya dimaafkan.)
- Informal: Wes, aku pamit ya, Mak/Pak. (Sudah, aku pamit ya, Mak/Pak.)
- Informal: Aku lungo ya, Mak/Pak. (Aku pergi ya, Mak/Pak.)
- Teman Sebaya:
- Formal: Kula pamit, nggih. (Saya pamit, ya.)
- Formal: Monggo kula tindak rumiyin. (Permisi, saya berangkat dulu.)
- Informal: Aku lungo ya. (Aku pergi ya.)
- Informal: Wes, aku pamit ya. (Sudah, aku pamit ya.)
- Informal: Yo wis, aku budhal. (Ya sudah, aku berangkat.)
- Atasan:
- Kula pamit, Bapak/Ibu. (Saya pamit, Bapak/Ibu.)
- Nuwun sewu, kula sampun tindak. (Maaf, saya sudah berangkat.)
- Mugi-mugi lepat kula dipun pangapunten. (Semoga kesalahan saya dimaafkan.)
- Sugeng enjang/siyang/sonten, Bapak/Ibu. (Selamat pagi/siang/sore, Bapak/Ibu.)
- Kula sowan rumiyin, Bapak/Ibu. (Saya pamit dulu, Bapak/Ibu.)
Contoh Percakapan dalam Blok Kutipan
Berikut contoh percakapan singkat dalam blok kutipan, satu formal dan satu informal:
Contoh Percakapan Formal:
Bapak: Mas, kula badhe tindak dhisik, wonten perlu. (Mas, saya akan pergi dulu, ada keperluan.)
Karyawan: Nggih, Pak. Mugi-mugi lepat kula dipun pangapunten. Sugeng tindak, Pak. (Iya, Pak. Semoga kesalahan saya dimaafkan. Selamat jalan, Pak.)
Contoh Percakapan Informal:
A: Wes, aku lungo ya, Dik. Matur nuwun tulungane. (Sudah, aku pergi ya, Dik. Terima kasih bantuannya.)
B: Yo wis, ati-ati ning dalan. (Ya sudah, hati-hati di jalan.)
Aturan Tata Bahasa Jawa Halus Terkait Ungkapan Perpisahan
Penggunaan sowan dan pamit dalam ungkapan perpisahan menunjukkan tingkat kesopanan. Sowan lebih formal dan menunjukkan kunjungan, sementara pamit lebih umum untuk menyatakan perpisahan. Penggunaan kata ganti juga sangat penting untuk menjaga kesopanan, sesuaikan dengan tingkat keakraban dengan lawan bicara.
Contoh Ungkapan Perpisahan Menggunakan “Sampun” dan “Dereng”
Kata “sampun” berarti “sudah” dan “dereng” berarti “belum”. Berikut contoh penggunaannya dalam ungkapan perpisahan:
- Kula sampun tindak, matur nuwun. (Saya sudah berangkat, terima kasih.)
- Kula dereng tindak, ngenteni sedhela malih. (Saya belum berangkat, menunggu sebentar lagi.)
Penggunaan “sampun” menunjukkan tindakan telah selesai dilakukan (berangkat), sedangkan “dereng” menunjukkan tindakan belum dilakukan.
Membandingkan dengan Ungkapan Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa, dengan kekayaan ragamnya, menawarkan tingkat formalitas yang beragam, mulai dari yang paling halus hingga yang paling kasual. Pemahaman perbedaan ini krusial untuk komunikasi efektif dan menghindari kesalahpahaman. Artikel ini akan membedah perbedaan ungkapan niat berangkat dalam Bahasa Jawa halus (Krama Inggil dan Krama Madya) dan ngoko, lengkap dengan contoh dan konteks penggunaannya. Siap-siap otakmu diajak jalan-jalan ke dunia bahasa Jawa yang menarik!
Perbedaan Tingkat Formalitas dan Penggunaan Kata Kerja serta Partikel
Bahasa Jawa memiliki sistem tatakrama yang kompleks. Krama Inggil merupakan tingkatan paling halus, digunakan untuk berbicara kepada orang yang jauh lebih tua, berstatus tinggi, atau sangat dihormati, misalnya kepada kakek-kakek, nenek-nenek, atau orang yang sangat dihormati. Krama Madya, sedikit lebih rendah tingkat kehalusannya, cocok digunakan untuk berbicara kepada orang tua, guru, atau orang yang lebih tua. Sementara itu, ngoko digunakan untuk percakapan sehari-hari dengan teman sebaya, saudara, atau orang yang lebih muda. Perbedaan ini tercermin dalam pemilihan kata kerja dan partikel.
Contoh Kalimat Niat Berangkat dalam Berbagai Tingkatan Bahasa Jawa
Berikut beberapa contoh kalimat yang menunjukkan niat berangkat dalam berbagai tingkatan bahasa Jawa, lengkap dengan terjemahannya dan konteks penggunaannya. Perhatikan perbedaan kata kerja dan partikel yang digunakan.
- Krama Inggil: ” kula badhé tindak dhateng Semarang esuk ” (Saya akan pergi ke Semarang besok). Digunakan untuk berbicara kepada orang yang sangat dihormati.
- Krama Madya: ” kula badhé m tindak Semarang esuk” (Saya akan pergi ke Semarang besok). Digunakan untuk berbicara kepada orang tua atau guru.
- Ngoko: “Aku arep menyang Semarang besuk” (Aku akan pergi ke Semarang besok). Digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya.
- Krama Inggil: ” kula badhé tindak menyang Jakarta wonten dinten Senin ingkang dadosipun kanggé rapat ” (Saya akan pergi ke Jakarta pada hari Senin untuk rapat). Digunakan untuk situasi formal, misalnya melaporkan rencana perjalanan kepada atasan.
- Krama Madya: ” kula badhe tindak Jakarta dina Senin kanggo rapat” (Saya akan pergi ke Jakarta hari Senin untuk rapat). Digunakan untuk situasi semi-formal, misalnya memberitahu orang tua tentang rencana perjalanan.
- Ngoko: “Aku arep menyang Jakarta dino Senin, rapat” (Aku akan pergi ke Jakarta hari Senin, rapat). Digunakan untuk situasi informal, misalnya memberitahu teman tentang rencana perjalanan.
Tabel Perbandingan Ungkapan Bahasa Jawa
Tabel berikut merangkum perbedaan ungkapan niat berangkat dalam berbagai tingkatan bahasa Jawa. Perhatikan penggunaan kata kerja dan partikel yang berbeda-beda.
Ungkapan Jawa Halus (Krama Inggil) | Ungkapan Jawa Halus (Krama Madya) | Ungkapan Ngoko | Konteks Penggunaan | Partikel |
---|---|---|---|---|
kula badhé tindak | kula badhé m tindak | aku arep | umum | -e (tindak), -ing (tindak) |
kula badhé tindak dhateng | kula badhé tindak ing | aku arep menyang | menuju tempat | -ing (dhateng/ing), -na (menyang) |
kula badhé tindak wonten | kula badhé tindak ing | aku arep nang | berada di tempat | -ing (wonten/ing), -na (nang) |
Contoh Kalimat Tanya tentang Niat Berangkat
Berikut contoh kalimat tanya yang menanyakan niat seseorang untuk berangkat dalam berbagai tingkatan bahasa Jawa.
- Krama Inggil: “Punapa panjenengan badhé tindak?” (Apakah Anda akan pergi?).
- Krama Madya: “Sampeyan badhé tindak, punapa boten?” (Anda akan pergi, bukan?).
- Ngoko: “Kowe arep mangkat, ta?” (Kamu akan berangkat, ya?).
Perbedaan Penggunaan Partikel “-e”, “-ing”, dan “-na”
Penggunaan partikel “-e”, “-ing”, dan “-na” sangat penting dalam menentukan tingkat formalitas dan makna ungkapan niat berangkat. “-e” sering digunakan dalam Krama Inggil, “-ing” lebih umum dalam Krama Madya, dan “-na” umumnya digunakan dalam ngoko. Partikel ini menunjukkan arah atau lokasi tujuan keberangkatan.
Pengaruh Pemilihan Kosakata terhadap Tingkat Formalitas
Pemilihan kosakata juga sangat mempengaruhi tingkat formalitas. Kata-kata seperti “tindak” (pergi) lebih formal dibandingkan “mangkat” (berangkat). Begitu pula, penggunaan kata depan seperti “dhateng” (ke) dalam Krama Inggil lebih formal dibandingkan ” menyang” (ke) dalam ngoko.
Ilustrasi Kata “Berangkat” dalam Bahasa Jawa Halus
Kata “berangkat” dalam Bahasa Jawa halus memiliki nuansa yang lebih kaya dan santun dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Lebih dari sekadar meninggalkan suatu tempat, kata tersebut merefleksikan persiapan, perpisahan, harapan, dan perjalanan itu sendiri. Berikut beberapa ilustrasi yang akan memperkaya pemahaman kita tentang penggunaan kata “berangkat” dalam konteks Bahasa Jawa halus, mulai dari persiapan hingga tiba di tujuan.
Ilustrasi Seseorang yang Bersiap Berangkat
Bayangkan seorang perempuan muda mengenakan kebaya sutra warna hijau toska. Tekstur kainnya halus dan lembut, jatuh anggun membingkai tubuhnya. Selendang batik tulis dengan motif kawung menambah kesan elegan. Ia berdiri di depan cermin, senyum simpulnya menampakkan sedikit keraguan, namun mata berbinar penuh harapan, alis sedikit terangkat. Kerutan halus di sekitar matanya menunjukkan sedikit ketegangan, namun juga ada semangat. Suasana kamar tidurnya tenang dan rapi, aroma bunga melati semerbak di udara. Cahaya matahari pagi yang lembut menerpa wajahnya. Di atas meja rias, tampak foto keluarga terpajang. Dalam hatinya, terucap beberapa ungkapan:
- “Sampun kagem kula nglajengaken lelampahan” (Sudah saatnya bagiku melanjutkan perjalanan)
- “Mugi wonten ing dalan pinaringan kawilujengan” (Semoga di jalan diberikan keselamatan)
- “Kula badhe ngaturaken sugeng tindak” (Saya akan menyampaikan salam perpisahan)
Ilustrasi Pemandangan Keberangkatan
Pagi yang cerah menyambut keberangkatannya. Ia menaiki kereta api jurusan Yogyakarta-Solo, kereta tua bercat hijau tua dengan ukiran khas Jawa di gerbongnya. Kereta tersebut berhenti di Stasiun Tugu Yogyakarta, stasiun bersejarah dengan arsitektur kolonial yang megah. Suasana ramai namun tertib, penumpang lain berlalu lalang dengan koper dan tas mereka. Di antara hiruk pikuk tersebut, ia melangkah dengan mantap. Ungkapan yang terucap dari orang-orang di sekitarnya:
- “Sampun wengi, lekas tindak” (Sudah malam, segera berangkat)
- “Mugi-mugi lancar lelampahanipun” (Semoga lancar perjalanannya)
Ilustrasi Percakapan Perpisahan
Tokoh | Ucapan (Bahasa Jawa Halus) | Transliterasi | Arti (Indonesia) | Ekspresi Wajah |
---|---|---|---|---|
Tokoh A (Ibu) | Mugi-mugi Gusti tansah nglindungi panjenengan ing lelampahan | Mugi-mugi Gusti tansah nglindungi panjenengan ing lelampahan | Semoga Tuhan selalu melindungi Anda dalam perjalanan | Wajah penuh kasih sayang dan sedikit khawatir, matanya berkaca-kaca. |
Tokoh B (Anak) | Nggih, Ibu. Kula badhe ngaturaken sugeng rawuh | Nggih, Ibu. Kula badhe ngaturaken sugeng rawuh | Iya, Bu. Saya akan menyampaikan salam tiba | Senyum tenang dan penuh keyakinan, namun ada sedikit rasa haru. |
Tokoh A (Ibu) | Ati-ati ing dalan, ya. Lekas bali | Ati-ati ing dalan, ya. Lekas bali | Hati-hati di jalan, ya. Segera pulang | Senyum simpul dan melambaikan tangan. |
Ilustrasi Suasana Perjalanan
Di dalam kereta api, ia menikmati perjalanan. Interior kereta yang klasik dan nyaman, dengan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan hamparan sawah hijau yang luas dan pegunungan yang menjulang tinggi. Ia merasakan kedamaian dan ketenangan. Selama perjalanan, ia mengalami hujan deras yang cukup deras, namun ia tetap tenang. Ungkapan batinnya:
- “Ngrasakake katentreman” (Merasakan kedamaian)
- “Ngalami kepenak” (Merasakan kenyamanan)
- “Ngalami kasunyatan” (Mengalami kenyataan)
Ilustrasi Tiba di Tujuan
Sesampainya di tujuan, wajahnya tampak tenang dan damai, senyum lega terukir di bibirnya. Suasana kota yang ramai menyambutnya, namun ia tetap merasa tenang. Ia mengucapkan salam ramah kepada seorang penjual makanan keliling. Ungkapan yang terucap:
- “Alhamdulillah, sampun tekan tujuan” (Alhamdulillah, sudah sampai tujuan)
- “Sugeng rawuh” (Selamat datang)
Ungkapan Bahasa Jawa Halus yang Mirip dengan “Berangkat”
Bahasa Jawa, dengan kekayaan dialek dan tingkatannya, menawarkan nuansa ekspresi yang jauh lebih kaya daripada sekadar kata “berangkat”. Memahami perbedaan halus dalam ungkapan ini penting untuk menjaga kesopanan dan ketepatan dalam berkomunikasi, terutama dalam konteks sosial budaya Jawa yang kental akan tata krama.
Artikel ini akan mengupas 10 ungkapan Bahasa Jawa halus yang bisa digunakan sebagai alternatif “berangkat”, lengkap dengan contoh kalimat dalam berbagai konteks dan tingkat kehalusan bahasa. Kita akan melihat perbedaan nuansa makna, implikasi sosial, serta siapa yang tepat diajak bicara menggunakan ungkapan tersebut. Siap-siap upgrade kemampuan Bahasa Jawamu, geng!
Lima Ungkapan Bahasa Jawa Halus Mirip “Berangkat”
Berikut lima ungkapan Bahasa Jawa halus yang bisa kamu gunakan sebagai pengganti kata “berangkat”, dengan memperhatikan tingkat kehalusan (ngoko, krama, krama inggil). Kelima ungkapan ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, lho!
- Mangkat: (Krama) Ungkapan umum dan serbaguna. Cocok digunakan dalam berbagai situasi formal maupun informal.
- Pindhah: (Krama) Lebih menekankan pada proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Sering digunakan ketika menggambarkan proses perjalanan.
- Mungkur: (Krama) Berkonotasi meninggalkan tempat, sedikit lebih formal daripada “mangkat”.
- Lajeng: (Krama) Lebih menekankan pada kelanjutan perjalanan setelah suatu aktivitas. Misalnya, setelah makan, “lajeng kula tindak dhateng pasar”.
- Mriksani: (Krama Inggil) Ungkapan yang sangat halus dan formal, biasanya digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi.
Contoh Kalimat dalam Berbagai Konteks
Berikut contoh penggunaan kelima ungkapan tersebut dalam tiga konteks berbeda: pergi ke pasar, pergi bekerja, dan pergi mengunjungi kerabat. Perhatikan perbedaan penggunaan kalimat berdasarkan tingkat kehalusan bahasa Jawa.
Pergi ke Pasar:
- Ngoko: Aku arep menyang pasar.
- Krama: Kula badhe tindak dhateng pasar.
- Krama Inggil: Kula badhe mriksani pasar.
Pergi Bekerja:
- Ngoko: Aku mangkat kerja.
- Krama: Kula mangkat dhateng kantor.
- Krama Inggil: Kula badhe mriksani kantor.
Pergi Menjenguk Kerabat:
- Ngoko: Aku arep menyang omahe pakdhe.
- Krama: Kula badhe tindak dhateng griyanipun Pakdhe.
- Krama Inggil: Kula badhe mriksani griyanipun Pakdhe.
Perbedaan Nuansa Arti dan Implikasi Sosial
Perbedaan utama terletak pada tingkat formalitas dan siapa yang diajak bicara. “Mangkat” lebih umum, sementara “mriksani” sangat formal. Partikel seperti “-lah”, “-kah”, dan “-ta” juga memengaruhi makna. “-lah” menunjukkan penegasan, “-kah” pertanyaan, dan “-ta” menunjukkan ajakan atau permintaan.
Tabel Perbandingan Ungkapan Bahasa Jawa
Ungkapan Bahasa Jawa | Arti | Tingkat Kehalusan | Contoh Kalimat (Pergi ke Pasar) | Konteks Penggunaan |
---|---|---|---|---|
Mangkat | Berangkat | Krama | Kula mangkat dhateng pasar. | Formal dan Informal |
Pindhah | Berpindah | Krama | Kula pindhah dhateng pasar. | Formal, menekankan perpindahan |
Mungkur | Meninggalkan | Krama | Kula mungkur griya, tindak dhateng pasar. | Formal, konotasi meninggalkan tempat |
Lajeng | Melanjutkan perjalanan | Krama | Lajeng kula tindak dhateng pasar. | Formal, setelah aktivitas lain |
Konteks Penggunaan yang Tepat
Pemilihan ungkapan yang tepat sangat bergantung pada konteks percakapan, termasuk siapa yang diajak bicara (orang tua, teman sebaya, atasan) dan tingkat formalitas situasi. Menggunakan “mriksani” kepada teman sebaya akan terdengar aneh, begitu pula menggunakan “arep menyang pasar” kepada orang yang lebih tua.
Pemilihan dialek dan tingkat kehalusan bahasa Jawa mencerminkan sopan santun dan rasa hormat terhadap lawan bicara. Hal ini penting dalam menjaga harmoni sosial budaya Jawa.
Ungkapan Sinonim dengan Nuansa Berbeda
- Mugi-mugi sampun wonten ing dalem (Semoga sudah sampai di rumah)
- Sampun tindak (Sudah pergi)
- Badhe tindak (Akan pergi)
- Nembah dalan (Menuju jalan)
Pengaruh Pemilihan Ungkapan terhadap Kesan
Pemilihan ungkapan yang tepat akan memberikan kesan yang positif dan menunjukkan pemahaman akan tata krama Jawa. Sebaliknya, penggunaan ungkapan yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan dianggap tidak sopan.
Penggunaan Kata Kerja Lain dalam Konteks Berangkat
Ngomong-ngomong soal bepergian, bahasa Jawa halus punya banyak banget pilihan kata kerja selain “berangkat” lho! Ternyata, memilih kata kerja yang tepat bisa bikin kalimatmu lebih bermakna dan elegan. Gak cuma sekadar “berangkat”, ada beberapa pilihan kata yang bisa kamu gunakan, tergantung konteks dan nuansa yang ingin kamu sampaikan. Yuk, kita telusuri!
Kata Kerja Lain untuk Mengungkapkan Perjalanan
Bahasa Jawa halus kaya akan pilihan kata. Untuk menyatakan tindakan “berangkat” atau memulai perjalanan, kita bisa menggunakan beberapa alternatif kata kerja, selain “mangkat” (berangkat). Perbedaannya terletak pada nuansa dan konteks penggunaannya. Pilihan kata yang tepat akan membuat ungkapanmu terdengar lebih pas dan natural.
Contoh Kalimat dan Perbandingan Kata Kerja
Berikut beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata kerja alternatif untuk “berangkat” dalam bahasa Jawa halus, bersama dengan tabel perbandingannya. Dengan memahami perbedaan nuansa ini, kamu bisa lebih mahir dalam menggunakan bahasa Jawa halus.
Kata Kerja | Arti | Contoh Kalimat | Nuansa |
---|---|---|---|
tindak | Pergi, berangkat | Kula tindak dhateng Semarang. (Saya pergi ke Semarang.) | Umum, netral |
mangkat | Berangkat, pergi (lebih formal) | Panjenengan badhe mangkat dhateng pundi? (Anda akan berangkat ke mana?) | Formal, sopan |
malih | Berangkat, pergi (menunjukkan perubahan tempat) | Wonten ingkang malih tindak menyang Jakarta. (Ada yang berangkat ke Jakarta.) | Menekankan perubahan lokasi |
pindhah | Pindah, berangkat (menunjukkan perpindahan tempat tinggal) | kula badhe pindhah griya. (Saya akan pindah rumah.) | Lebih spesifik untuk perpindahan tempat tinggal |
Perbedaan Nuansa Arti dengan “Berangkat”
Kata “berangkat” atau “mangkat” dalam bahasa Jawa halus cenderung netral dan umum digunakan. Kata kerja lain seperti “tindak,” “malih,” dan “pindhah” memiliki nuansa yang lebih spesifik. “Tindak” lebih umum dan kasual, “malih” menekankan perubahan lokasi, sedangkan “pindhah” lebih spesifik untuk perpindahan tempat tinggal. Pemilihan kata yang tepat akan membuat kalimatmu terdengar lebih tepat dan alami.
Konteks Penggunaan Kata Kerja
Pemilihan kata kerja yang tepat bergantung pada konteks percakapan dan hubungan sosial. Dalam situasi formal, kata “mangkat” lebih tepat digunakan. Sedangkan dalam percakapan sehari-hari, “tindak” bisa menjadi pilihan yang lebih santai. “Malih” cocok digunakan ketika ingin menekankan perubahan lokasi, sementara “pindhah” spesifik untuk perpindahan tempat tinggal. Memahami konteks ini akan membantumu berkomunikasi dengan lebih efektif dan sopan dalam bahasa Jawa halus.
Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Meminta Izin Berangkat: Bahasa Jawa Halus Berangkat
Pergi meninggalkan rumah, kantor, atau sekolah? Di Jawa, mengucapkan salam perpisahan saja nggak cukup, lho! Menunjukkan rasa hormat dengan meminta izin berangkat merupakan etika yang penting, terutama dalam budaya Jawa yang menjunjung tinggi sopan santun. Penggunaan bahasa Jawa halus pun bervariasi, bergantung pada siapa yang diajak bicara dan situasi yang dihadapi. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai ungkapan bahasa Jawa halus untuk meminta izin berangkat, lengkap dengan contoh dan penjelasannya.
Daftar Ungkapan Bahasa Jawa Halus untuk Meminta Izin Berangkat
Berikut ini daftar ungkapan bahasa Jawa halus untuk meminta izin berangkat, beserta tingkat keakraban dan artinya dalam Bahasa Indonesia. Perbedaan penggunaan kata ganti dan tingkat formalitas akan dijelaskan lebih detail di bagian selanjutnya.
- Kula pamit (Krama): Saya pamit.
- Kula nyuwun pamit (Krama): Saya meminta izin pamit.
- Sampun kula pamit (Krama): Saya pamit (sudah).
- Aku pamit (Ngoko): Aku pamit.
- Aku arep mangkat (Ngoko): Aku mau pergi.
- Kula badhe tindak (Krama): Saya akan pergi.
- Mboten wonten (Krama): Tidak ada (untuk menolak sesuatu).
- Panjenengan sampun ngertos (Krama): Anda sudah tahu.
- Inggih, kula sampun tindak (Krama): Ya, saya sudah pergi.
- Nyuwun pangapunten (Krama): Mohon maaf.
- Sugeng enjang (Madya): Selamat pagi.
- Sugeng ndalu (Madya): Selamat malam.
Contoh Kalimat dalam Berbagai Situasi
Berikut contoh kalimat menggunakan ungkapan di atas dalam berbagai situasi, menunjukkan perbedaan penggunaan kata ganti dan tingkat formalitas.
- Kula pamit badhe tindak kantor, Pak. (Saya pamit akan pergi ke kantor, Pak.) – Kepada atasan.
- Aku pamit sekolah, Bu. (Aku pamit sekolah, Bu.) – Kepada ibu (ngoko).
- Kula nyuwun pamit badhe mulih kampung, Bapak, Ibu. (Saya meminta izin akan pulang kampung, Bapak, Ibu.) – Kepada orang tua.
- Sampun kula pamit, Pak. Kula badhe tindak rapat. (Saya pamit, Pak. Saya akan pergi rapat.) – Kepada atasan, lebih formal.
- Aku arep mangkat dolan karo kanca-kanca, Lek. (Aku mau pergi bermain dengan teman-teman, Kak.) – Kepada kakak (ngoko).
- Kula badhe tindak nggone mbah kakung, Bu. (Saya akan pergi ke rumah kakek, Bu.) – Kepada ibu (krama).
Perbedaan Ungkapan Berdasarkan Lawan Bicara
Pemilihan ungkapan sangat bergantung pada lawan bicara. Semakin tinggi kedudukan atau usia lawan bicara, semakin halus dan formal bahasa yang digunakan.
- Orang Tua: Biasanya menggunakan krama alus, seperti kula nyuwun pamit atau kula badhe tindak, menunjukkan rasa hormat yang tinggi.
- Atasan: Sama seperti orang tua, krama alus merupakan pilihan yang tepat, menunjukkan profesionalisme dan kesopanan.
- Guru: Krama inggil atau krama madya dapat digunakan, tergantung pada kedekatan dengan guru tersebut.
- Teman Sebaya: Ngoko dapat digunakan, seperti aku pamit atau aku arep mangkat, namun tetap perlu memperhatikan konteks dan situasi.
Percakapan Singkat
Berikut contoh percakapan singkat yang menunjukkan permintaan izin berangkat dalam bahasa Jawa halus:
Anak: Assalamu’alaikum, Bu. Kula nyuwun pamit badhe tindak sekolah, Bu. (Assalamu’alaikum, Bu. Saya meminta izin akan pergi ke sekolah, Bu.)
Ibu: Wa’alaikumsalam, Nak. Inggih, monggo. Ati-ati ing dalan, ya. (Wa’alaikumsalam, Nak. Ya, silakan. Hati-hati di jalan, ya.)
Anak: Nggih, Bu. Matur nuwun. (Ya, Bu. Terima kasih.)
Ibu: Yo, monggo. (Ya, silakan.)
Anak: Sampun kula pamit, Bu. (Saya pamit, Bu.)
Contoh Blok Kutipan
Kula nyuwun pamit badhe tindak dhokter, Pak. (Saya meminta izin akan pergi ke dokter, Pak.)
Konteks: Seorang karyawan meminta izin kepada atasannya untuk pergi ke dokter.
Aku pamit, Le. Arep dolan karo kanca-kanca. (Aku pamit, Dik. Mau pergi dengan teman-teman.)
Konteks: Seorang kakak meminta izin kepada adiknya untuk pergi bermain.
Kula sampun pamit, Bapak. Kula badhe tindak kondangan. (Saya pamit, Bapak. Saya akan pergi kondangan.)
Konteks: Seorang anak meminta izin kepada ayahnya untuk pergi kondangan.
Tabel Ringkasan Ungkapan Bahasa Jawa Halus
Ungkapan | Tingkat Keakraban | Arti | Contoh Kalimat | Kepada Siapa |
---|---|---|---|---|
Kula pamit | Krama | Saya pamit | 1. Kula pamit badhe tindak kantor. 2. Kula pamit, Pak. |
Orang tua, atasan, guru |
Kula nyuwun pamit | Krama | Saya meminta izin pamit | 1. Kula nyuwun pamit badhe tindak sekolah. 2. Kula nyuwun pamit, Bu. |
Orang tua, guru |
Aku pamit | Ngoko | Aku pamit | 1. Aku pamit, Mbak. 2. Aku pamit, Mas. |
Teman sebaya, saudara |
Aku arep mangkat | Ngoko | Aku mau pergi | 1. Aku arep mangkat kerja. 2. Aku arep mangkat main. |
Teman sebaya, saudara |
Penggunaan Kata “Sampun” dalam Permintaan Izin Berangkat
Kata “sampun” berarti “sudah”. Penggunaannya dalam konteks permintaan izin berangkat menunjukkan bahwa tindakan pamit sudah dilakukan atau akan segera dilakukan. Berikut contohnya:
- Sampun kula pamit, Pak. (Saya sudah pamit, Pak.) – Menunjukkan bahwa pembicara sudah siap berangkat.
- Sampun kula aturi tindak, Bu. (Saya sudah meminta izin pergi, Bu.) – Menunjukkan bahwa izin sudah diperoleh.
- Sampun kula sumangga tindak, Pak. (Saya sudah diperbolehkan pergi, Pak.) – Menunjukkan bahwa izin sudah diberikan oleh lawan bicara.
Contoh Kalimat dengan Penjelasan Tujuan Perjalanan
Berikut contoh kalimat permintaan izin berangkat yang disertai penjelasan tujuan perjalanan:
- Kula nyuwun pamit badhe tindak rumah sakit, amargi kula sakit. (Saya meminta izin akan pergi ke rumah sakit, karena saya sakit.)
- Aku pamit, Bu. Aku arep mangkat kondangan. (Aku pamit, Bu. Aku mau pergi kondangan.)
- Kula nyuwun pamit badhe tindak seminar ing Yogyakarta. (Saya meminta izin akan pergi seminar di Yogyakarta.)
Perbedaan Penggunaan Partikel “inggih” dan “nggih”
Baik “inggih” maupun “nggih” berarti “ya”. Namun, “inggih” lebih formal dan digunakan dalam konteks krama, sedangkan “nggih” digunakan dalam konteks ngoko atau krama madya. Berikut contohnya:
- Inggih, kula sampun tindak. (Ya, saya sudah pergi.) – Krama
- Nggih, aku wis mangkat. (Ya, aku sudah pergi.) – Ngoko
Penggunaan Pantun dalam Konteks Berangkat
Berangkat, sebuah momen perpisahan sekaligus awal dari petualangan baru. Di Jawa, momen ini sering diwarnai dengan sastra lisan yang indah, salah satunya pantun. Pantun Jawa halus, dengan kesopanan dan keindahan bahasanya, mampu mengekspresikan beragam perasaan, termasuk kerinduan, harapan, dan doa restu saat seseorang akan memulai perjalanan.
Pantun Jawa Halus Bertema Keberangkatan
Berikut contoh pantun Jawa halus yang bertema keberangkatan, mencerminkan kehalusan bahasa dan kearifan budaya Jawa:
Kembang melati harum semerbak,
Mekar di taman, indah dipandang.
Mugi-mugi lekas sowan malih,
Anggenipun tindak, wilujeng tindak.
Makna pantun di atas adalah harapan agar perjalanan lancar dan selamat, serta doa agar segera kembali. Ungkapan “mugi-mugi lekas sowan malih” menunjukkan kerinduan dan harapan akan kepulangan yang cepat. Penggunaan bahasa yang halus dan santun menunjukkan rasa hormat dan doa restu.
Beberapa Pantun Bertema Keberangkatan yang Berbeda
Pantun Jawa halus menawarkan fleksibilitas tema. Berikut beberapa contoh pantun dengan tema keberangkatan yang berbeda:
- Pantun tentang perjalanan jauh: Wengi peteng lintang-lintang jembar, / Ngalor ngidul tekan deso sepi. / Mugi-mugi tansah diparingi gampang, / Ing lelampahan kang adoh tekan ngendi. (Malam gelap bintang-bintang bertebaran, ke utara ke selatan sampai desa sepi. Semoga selalu dimudahkan, dalam perjalanan yang jauh sampai ke mana pun.)
- Pantun tentang perjalanan bisnis: Kayu jati kuat lan awet, / Digunakake kanggo omah gedhe. / Mugi-mugi rejekine akeh lan barokah, / Ing lelampahan dagang nggo nggoleki rejeki. (Kayu jati kuat dan awet, digunakan untuk rumah besar. Semoga rezekinya banyak dan berkah, dalam perjalanan dagang mencari rezeki.)
- Pantun tentang perjalanan untuk menuntut ilmu: Banyu mili menyang segara, / Nggawa lemah lan godhong-godhong. / Mugi-mugi ilmu sing digoleki, / Dadi manfaat kanggo wong akeh. (Air mengalir ke laut, membawa tanah dan dedaunan. Semoga ilmu yang dicari, menjadi manfaat bagi banyak orang.)
Struktur dan Ciri-Ciri Pantun Jawa Halus
Pantun Jawa halus, seperti pantun pada umumnya, memiliki struktur empat baris dengan rima A-B-A-B. Namun, yang membedakan adalah penggunaan bahasa Jawa halus yang santun dan penuh kiasan. Ciri khasnya adalah penggunaan tembang macapat sebagai dasar, serta pemilihan diksi yang halus dan sopan, mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa.
Contoh Blok Kutipan Pantun Jawa Halus tentang Keberangkatan
Rimba alas rindang sejuk,
Burung manyar nyanyi merdu.
Mugi-mugi lekas mulih,
Sarwi wilujeng, tansah rahayu.
Pantun ini mendoakan keselamatan dan kesejahteraan dalam perjalanan, serta harapan untuk segera kembali dengan selamat.
Ungkapan Doa Sebelum Berangkat
Perjalanan, entah dekat atau jauh, selalu menyimpan potensi ketidakpastian. Dalam budaya Jawa, doa sebelum berangkat bukan sekadar ritual, melainkan refleksi dari kepercayaan spiritual dan kearifan lokal yang mendalam. Doa tersebut berfungsi sebagai penenang hati, permohonan perlindungan, dan ungkapan syukur atas nikmat perjalanan yang akan ditempuh. Berikut beberapa ungkapan doa dalam bahasa Jawa halus sebelum berangkat, lengkap dengan transliterasi, arti, dan konteks penggunaannya.
Daftar Ungkapan Doa Sebelum Berangkat
Berikut lima ungkapan doa dalam bahasa Jawa halus sebelum berangkat, beserta transliterasi Latin dan artinya dalam Bahasa Indonesia. Tingkat keakraban dan contoh penggunaan dalam berbagai situasi juga disertakan.
- Ungkapan: Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi.
Transliterasi: Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi.
Arti: Selamat jalan, semoga Tuhan selalu melindungi.
Keakraban: Formal/Informal
Makna: Ungkapan doa umum yang bisa digunakan untuk perjalanan dekat maupun jauh. Menunjukkan harapan perlindungan Tuhan atas perjalanan yang akan ditempuh. - Ungkapan: Mugi-mugi lelaku kula/panjenengan pinaringan kawilujengan.
Transliterasi: Mugi-mugi lelaku kula/panjenengan pinaringan kawilujengan.
Arti: Semoga perjalanan saya/Anda diberi keselamatan.
Keakraban: Formal (kula – saya, panjenengan – Anda) / Informal (bisa diganti dengan aku/kowe)
Makna: Doa yang fokus pada keselamatan perjalanan. Lebih cocok untuk perjalanan jauh yang berpotensi bahaya. - Ungkapan: Kula/Panjenengan tindak, mugi-mugi diparingi kelancaran lan keselamatan.
Transliterasi: Kula/Panjenengan tindak, mugi-mugi diparingi kelancaran lan keselamatan.
Arti: Saya/Anda berangkat, semoga diberi kelancaran dan keselamatan.
Keakraban: Formal (kula – saya, panjenengan – Anda) / Informal (bisa diganti dengan aku/kowe)
Makna: Doa yang menekankan pada kelancaran dan keselamatan perjalanan. Cocok untuk semua jenis perjalanan. - Ungkapan: Nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula/panjenengan dipun paringi berkah lan keselamatan.
Transliterasi: Nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula/panjenengan dipun paringi berkah lan keselamatan.
Arti: Mohon restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga perjalanan saya/Anda diberi berkah dan keselamatan.
Keakraban: Formal (kula – saya, panjenengan – Anda)
Makna: Doa yang lebih formal dan khusyuk, meminta restu Tuhan dan menekankan pada berkah dan keselamatan. Cocok untuk perjalanan jauh atau perjalanan penting. - Ungkapan: Mugi-mugi sedaya lelampahan pinaringan keselamatan lan lancar.
Transliterasi: Mugi-mugi sedaya lelampahan pinaringan keselamatan lan lancar.
Arti: Semoga semua perjalanan diberi keselamatan dan kelancaran.
Keakraban: Informal
Makna: Doa yang lebih umum dan singkat, cocok untuk perjalanan dekat maupun jauh.
Makna dan Tujuan Ungkapan Doa
Doa sebelum berangkat dalam budaya Jawa mengandung makna spiritual dan filosofis yang mendalam. Aspek spiritualnya terletak pada permohonan perlindungan dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Filosofisnya menekankan pentingnya kesadaran akan keterbatasan manusia dan penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa. Perbedaan perjalanan dekat dan jauh mempengaruhi pilihan doa. Perjalanan jauh cenderung diiringi doa yang lebih khusyuk dan komprehensif, mengingat potensi risiko yang lebih besar.
Contoh Penggunaan Ungkapan Doa dalam Berbagai Situasi
Berikut contoh penggunaan ungkapan doa dalam berbagai situasi:
- Perjalanan Bisnis: “Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi lan bisnis panjenengan sukses.” (Selamat jalan, semoga Tuhan selalu melindungi dan bisnis Anda sukses.) dan “Mugi-mugi lelaku panjenengan pinaringan kawilujengan lan kelancaran ngrampungake pakaryan.” (Semoga perjalanan Anda diberi keselamatan dan kelancaran menyelesaikan pekerjaan.)
- Mengunjungi Keluarga: “Sugeng tindak, mugi-mugi lelampahanipun lancar lan saget tepung kaliyan kulawarga kanthi wilujeng.” (Selamat jalan, semoga perjalanan lancar dan dapat bertemu keluarga dengan selamat.) dan “Mugi-mugi diparingi kelancaran lan keselamatan, mugi-mugi ketemu kulawarga kanthi tentrem.” (Semoga diberi kelancaran dan keselamatan, semoga bertemu keluarga dengan damai.)
- Pergi Sekolah/Kuliah: “Mugi-mugi lelaku kula pinaringan kawilujengan lan kelancaran sinau.” (Semoga perjalanan saya diberi keselamatan dan kelancaran belajar.) dan “Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi lan sinaune lancar.” (Selamat jalan, semoga Tuhan selalu melindungi dan belajarnya lancar.)
- Bepergian Sendiri: “Mugi-mugi lelaku kula pinaringan kawilujengan lan dipun paringi pangayoman ing dalan.” (Semoga perjalanan saya diberi keselamatan dan diberi perlindungan di jalan.) dan “Kula tindak, nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula dipun paringi berkah lan keselamatan.” (Saya berangkat, mohon restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga perjalanan saya diberi berkah dan keselamatan.)
- Bepergian Bersama Rombongan: “Sugeng tindak sedaya, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi kita sedaya.” (Selamat jalan semuanya, semoga Tuhan selalu melindungi kita semua.) dan “Mugi-mugi lelampahan kita sedaya pinaringan kawilujengan lan kelancaran.” (Semoga perjalanan kita semua diberi keselamatan dan kelancaran.)
Contoh Percakapan
Berikut contoh percakapan singkat antara dua orang dalam bahasa Jawa halus yang menunjukkan pembacaan doa sebelum berangkat untuk perjalanan jauh:
Ani: Pakdhe, kula badhe tindak menyang Surabaya, nyuwun pangestu. (Pakdhe, saya akan pergi ke Surabaya, mohon restu.)
Pakdhe: Inggih, Nduk. Mugi-mugi lelampahanmu pinaringan kawilujengan lan kelancaran. Aja lali ngati-ati ing dalan. (Iya, Nak. Semoga perjalananmu diberi keselamatan dan kelancaran. Jangan lupa berhati-hati di jalan.)
Ani: Nggih, Pakdhe. Kula ugi badhe ngedalaken doa, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi kula. (Iya, Pakdhe. Saya juga akan berdoa, semoga Tuhan selalu melindungi saya.)
Pakdhe: Alhamdulillah, mugi-mugi lelampahanmu pinaringan berkah. Sampekna salamku kanggo simbah. (Alhamdulillah, semoga perjalananmu diberi berkah. Sampaikan salamku untuk nenek.)
Ani: Nggih, Pakdhe. Matur nuwun. (Iya, Pakdhe. Terima kasih.)
Contoh Blok Kutipan Ungkapan Doa
- Perjalanan Bisnis:
Mugi-mugi lelaku kula pinaringan kawilujengan lan kelancaran ngrampungake pakaryan.
- Mengunjungi Keluarga:
Sugeng tindak, mugi-mugi lelampahanipun lancar lan saget tepung kaliyan kulawarga kanthi wilujeng.
- Pergi Sekolah/Kuliah:
Mugi-mugi lelaku kula pinaringan kawilujengan lan kelancaran sinau.
- Bepergian Sendiri:
Kula tindak, nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula dipun paringi berkah lan keselamatan.
- Bepergian Bersama Rombongan:
Sugeng tindak sedaya, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi kita sedaya.
Tabel Perbandingan Ungkapan Doa
Ungkapan Doa (Jawa Halus) | Transliterasi | Arti | Keakraban | Situasi yang Cocok |
---|---|---|---|---|
Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi | Sugeng tindak, mugi-mugi Gusti tansah nglindhungi | Selamat jalan, semoga Tuhan selalu melindungi | Formal/Informal | Semua situasi |
Mugi-mugi lelaku kula/panjenengan pinaringan kawilujengan | Mugi-mugi lelaku kula/panjenengan pinaringan kawilujengan | Semoga perjalanan saya/Anda diberi keselamatan | Formal/Informal | Perjalanan jauh, perjalanan berisiko |
Kula/Panjenengan tindak, mugi-mugi diparingi kelancaran lan keselamatan | Kula/Panjenengan tindak, mugi-mugi diparingi kelancaran lan keselamatan | Saya/Anda berangkat, semoga diberi kelancaran dan keselamatan | Formal/Informal | Semua situasi |
Nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula/panjenengan dipun paringi berkah lan keselamatan | Nyuwun pangestu dhumateng Gusti Allah, mugi-mugi lelampahan kula/panjenengan dipun paringi berkah lan keselamatan | Mohon restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga perjalanan saya/Anda diberi berkah dan keselamatan | Formal | Perjalanan jauh, perjalanan penting |
Mugi-mugi sedaya lelampahan pinaringan keselamatan lan lancar | Mugi-mugi sedaya lelampahan pinaringan keselamatan lan lancar | Semoga semua perjalanan diberi keselamatan dan kelancaran | Informal | Semua situasi |
1 Perbedaan nuansa terletak pada tingkat formalitas dan detail permohonan. Doa yang lebih panjang dan menggunakan bahasa yang lebih halus cenderung lebih formal dan menunjukkan rasa hormat yang lebih besar.
Kaitan dengan Nilai-Nilai Kehidupan Jawa
Ungkapan doa sebelum berangkat mencerminkan nilai-nilai kehidupan Jawa, seperti kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (kepercayaan terhadap Tuhan), kesopanan dan rasa hormat (kesopanan) yang tercermin dalam pemilihan diksi dan penggunaan kata sapaan yang tepat, serta kehati-hatian dan perencanaan yang matang (kehati-hatian) sebelum memulai perjalanan.
Menulis Cerita Pendek Menggunakan Ungkapan “Berangkat”
Bahasa Jawa halus kaya akan nuansa, termasuk dalam ungkapan untuk “berangkat.” Cerita pendek ini akan menunjukkan betapa beragamnya ungkapan tersebut dan bagaimana penggunaannya bisa memperkaya narasi. Kita akan menyaksikan bagaimana pemilihan kata yang tepat mampu menghidupkan suasana dan karakter dalam cerita.
Kisah Mbok Darmi dan Perjalanan Menuju Pasar
Mentari pagi menyapa Desa Sukoharjo. Mbok Darmi, perempuan renta berambut putih seputih kapas, telah siap. Hari ini ia akan ke pasar. Bukan sekadar pergi, lho! Ia mangkat, berangkat dengan hati penuh harap, berharap dagangannya laku keras. Setelah berdoa sebentar, ia pun malih, berangkat meninggalkan rumahnya yang sederhana.
Pertemuan Tak Terduga di Tengah Jalan
Di tengah perjalanan, Mbok Darmi bertemu Pak Lurah. Pak Lurah, yang hendak nglampahi, berangkat menuju kantor, tersenyum ramah. Mereka berbincang sebentar, membahas panen padi yang melimpah tahun ini. Setelah berpamitan, Mbok Darmi melanjutkan perjalanannya. Ia mundhak, berangkat menaiki sepeda tuanya yang setia.
Kecemasan di Pasar
Sesampainya di pasar, Mbok Darmi merasa sedikit cemas. Dagangannya, keranjang berisi aneka jajanan tradisional, belum tentu laku. Ia berdoa lagi, memohon kelancaran. Ia harus mugi, berangkat menjual dagangannya dengan semangat, meski rasa was-was masih menghantuinya.
Sukses Tak Terduga
Namun, tak disangka-sangka, dagangan Mbok Darmi laris manis. Semua jajanan habis terjual. Dengan hati gembira, ia mungsun, berangkat pulang ke rumah. Ia tinulad, berangkat dengan langkah ringan, membawa uang hasil penjualan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya beberapa hari ke depan. Perjalanan pulang terasa lebih ringan, beban di pundaknya seakan menghilang. Ia merasa midang-midang, berangkat pulang dengan hati penuh syukur.
Kesimpulan Perjalanan
Sepanjang perjalanan, Mbok Darmi telah menggunakan berbagai ungkapan untuk “berangkat” dalam Bahasa Jawa halus. Dari mangkat hingga midang-midang, setiap kata menggambarkan nuansa dan suasana hati yang berbeda. Cerita ini menunjukkan kekayaan bahasa Jawa halus dan bagaimana penggunaannya mampu membuat cerita lebih hidup dan berkesan.
Kesimpulan
Nah, setelah menjelajahi berbagai ungkapan Bahasa Jawa halus untuk berangkat, ternyata lebih dari sekadar mengucapkan kata “pergi”. Ini tentang menunjukkan rasa hormat, menjaga hubungan sosial, dan mencerminkan kearifan lokal. Menguasai bahasa Jawa halus bukan cuma soal tata bahasa, tapi juga seni dalam berkomunikasi. Jadi, jangan ragu untuk mempraktikkan ungkapan-ungkapan ini dalam kehidupan sehari-hari, dan rasakan keindahan Bahasa Jawa yang memikat!
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow